Tradewa

Polymath: They Who Know a Lot about a Lot

Polymath disini tidak berhubungan (langsung) dengan matematika, termasuk polygon atau polynomial, mentang-mentang ada kata-kata poly nya, ada kata math nya.

A polymath (Greek: πολυμαθής, polymathēs, "having learned much" is a person whose expertise spans a significant number of different subject areas; such a person is known to draw on complex bodies of knowledge to solve specific problems. The term was first used in the seventeenth century but the related term, polyhistor, is an ancient term with similar meaning.

Tokoh-tokoh zaman Islamic Golden Age dan Renaissance banyak yang termasuk dalam lingkungan para manusia pintar dan langka (di masa sekarang) ini. Seorang titisan dewa yang saya yakin anda kenal adalah Leonardo da Vinci. Saking tersohornya nama orang ini, di game Assassin's Creed dia muncul sebagai insinyur pemasok senjata sang tokoh utama disamping melukis di waktu senggangnya. Tokoh ini adalah salah satu tokoh mahsyur di masa Renaissance.

Di masa Islamic Golden Age di masa kejayaan islam, tidak seperti sekarang dimana kebanyakan kita berkutat dengan perang saudara, kelaparan, dan kemiskinan, banyak pula ilmuwan polymath macam ini, salah satunya adalah Ibnu Sina atau yang terkenal di dunia barat Avicenna. Ibnu Sina ini adalah seorang ahli medis yang juga filsuf yang juga ahli matematika dll. Masih banyak nama-nama polymath lain seperti ibn Haytham, al khwarizmi.

Polymath ini menurut saya adalah salah satu tren ilmuwan jaman dulu yang pengen belajar apa saja, tau apa saja, ditanya apa saja bisa jawab. Bahkan kadang keilmuannya ada dari bidang yang keliatannya ga nyambung sama sekali. Contohnya aja si da Vinci yang engineer besar sekaligus artist nomor wahid. Mungkin semacam anda fusionkan Pak Habibie sama Pak Affandi Koesoema terus anda fusionkan lagi sama arsitek, pematung, dan lain lain. (Untuk yang ga tau "fusion" coba googling dengan keyword "fusion dragon ball")

Tapi hari-hari kejayaan polymath habis sudah. Keberadaan semakin langka, mereka mungkin tak bisa hidup seribu tahun lagi seperti binatang jalang yang terbuang, mungkin karena ilmu semakin berkembang sehingga sulit untuk mendalami banyak ragam ilmu sekaligus, atau sistem sekarang yang lebih nyaman dengan keadaan seperti itu. Kalau kita oot sedikit ada beberapa keadaan yang menurut saya menghambat lahirnya polymath-polymath baru yang akan saya bahas berdasarkan pengalaman pribadi yaitu pengalaman di kalangan akar rumput. Di kalangan akar rumput, seperti contohnya saat saya kuliah dulu, banyak orang yang mengasosiasikan dirinya dengan bidang A dan melepaskan diri dari bidang selain A dan menganggap dirinya tidak akan bisa mempelajari ilmu di luar bidang A. Sejujurnya, saya kadang seperti itu juga hehe. Mungkin darah muda namanya, fanatisme golongan.

Menurut pandangan pribadi saya, it's cool to be a polymath or having a polymath in the neighborhood, but just for the sake of the uniqueness, karena saya juga ga tahu apa untungnya seseorang jadi polymath atau bukan bagi masyarakat, kalau untuk dianya sendiri ya jelas untung karena tau banyak, tau banyak ya bisa ngasih tau orang banyak, dan ngasih tau orang banyak itu pahalanya banyak.

By the way, artikel ini menjelaskan tentang hari-hari terakhir dari para polymath.

Shalom.